Raisya Like's Math
Sabtu, 16 April 2011
Akhlak Dalam Islam
oleh : Fathurahmah, Listiani, Eva, & Santi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini akhlak bangsa kita sudah sangat memprihatinkan, baik itu akhlak terhadap sesama, terhadap Sang Khaliq maupun terhadap alam sekitar ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya musibah dan bencana yang melanda negeri ini. Musibah dan bencana tersebut merupakan teguran Allah akibat kurangnya rasa memiliki bangsa kita ini terhadap alam. Sungguh Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya bahwa timbulnya bencana dan kerusakan di muka bumi ini adalah akibat ulah dan tingkah laku manusia. Akhlak merupakan perbuatan manusia yang sangat mendasar. Dengan akhlak manusia dapat menetapkan ukuran segala perbuatannya, akhlaqul karimah (baik) menunjukkan kemuliaan pekertinya dan akhlaqul madzmumah (tidak baik) menunjukkan kerendahan derajat dan pekertinya. Kesempurnaan dan keindahan iman terwujud melalui kebaikan akhlak sebab pintu-pintu surga kelak akan memilih dan mencari penghuninya sesuai dengan tingkat keluhuran akhlak masing-masing. Semakin tinggi akhlak seseorang, akan semakin tinggi pula bagian surga yang aan ditempatinya.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang:
1 pengertian tentang akhlak,
2 proses pembentukan akhlaqul karimah,
3 macam-macam akhlak dalam islam
4 bagaimana pengaplikasian akhlaqul karimah dalam sistem kehidupan sehari-hari
1.3 Metode Penulisan
Dalam makalah “Akhlak dalam Islam” ini metoda yang digunakan adalah metoda lieteratur yaitu kami mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti media cetak (buku) dan media elektronik (internet) yang ada kaitannya dengan bahasan materi kita yaitu akhlak dalam Islam.
1.4 Tujuan Penulisan
Agar pembaca memahami secara umum tentang akhlak dalam islam tentang apa itu pengertian tentang akhlak, proses pembentukan akhlaqul karimah,macam-macam akhlak dalam islam serta bagaimana pengaplikasian akhlaqul karimah dalam sistem kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. AKHLAK DALAM ISLAM
a. Pengertian Akhlak
Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku,perangai atau tabiat
Akhlak menurut istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang menjadi kebiasaan-kebiasaan yang didasarkan pada nilai/norma agama
Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi saw, dan salah satunya yang paling populer adalah : "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, berdasarkan firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keaneka-ragaman tersebut.
Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam (QS Al-Lail [92]: 4).
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang dalam bentuk perilaku atau perbuatan.jika perilaku yang melekat itu buruk maka disebut akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah)dan jika perilaku tersebut itu baik maka disebut akhlak yang baik atau (mahmudah). Oleh sebab itulah manusia memiliki kedua potensi yaitu potensi baik atau potensi buruk. Terdapat sekian banyak ayat Al-Quran yang dipahami menguraikan hal hakikat ini,salah satunya yaitu:
Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk) (QS Al-Balad [90]: ayat 10).
Jadi dapat disimpulkan pengertian akhlak dalam islam itu sendiri adalah suatu system yang menilai perbuatan zahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia sesama manusia, manusia dengan haiwan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar.
b. PertanggungjawabanTerhadap Akhlak yang Dipilih
Al-Quran membebaskan manusia untuk memilih kedua jalan yang tadi disebutkan, tetapi ia sendiri yang harus mempertanggung-jawabkan pilihannya. Manusia tidak membebani orang lain untuk memikul dosanya, tidak juga dosa orang lain dipikulkan ke atas pundaknya. .
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul... (QS Al-Isra' [17]: 15).
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." [Qs Al Baqarah (2) :286]
Dapat juga disimpulkan, bahwa karena manusia diberi kemampuan untuk memilih, maka pertanggungjawaban berkaitan dengan niat dan kehendaknya. Atas dasar ini pula, maka niat dan kehendak seseorang mempunyai peran yang sangat besar dalam nilai amal sekaligus dalam pertanggungjawabannya.
c. Sasaran Akhlak
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akan tetapi Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan diatas serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda takbernyawa).
2.2. AKHLAK TERHADAP ALLAH
Akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:
1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
“Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap ptutusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat di atas dengan bersabda:
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).
2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya, kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itumerupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam, sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya." (HR. Muslim).
3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidakmampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupakeburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, iabersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Bukhari).
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadapsesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baikjustru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memilikikebaikan bagi diri kita.
4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etikakita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuatkemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. DalamAl-Qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135) :
"Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui."
5. Obsesinya adalah keridhaan ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atauapapun dari manusia.Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harusmendapatkan ‘ketidaksukaan’ dari para manusia lainnya. Dalam sebuah haditsRasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:
"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, makaAllah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencarikeridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkankebencian-Nya pada manusia." (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinyatentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukaitindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.
6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. 51 : 56):
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadahtidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa haji dansebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saatini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak hukumAllah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikanoleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia padaumumnya.
7. Banyak membaca al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat- ayat, yang merupakanfirman-firman-Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyakdan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akanmembaca firman-firman-Nya. Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Qur’an yang demikian besarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAWmengatakan kepada kita:
"Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR. Muslim).
Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, makahendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang membacaAl-Qur’an, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat." (HR. Bukhori Muslim)
Adab Kepada Allah SWT, yaitu:
• Ikhlas kepada Allah dalam beramal.
• Waspada agar tidak terjerumus ke dalam
• Beribadah dan menjalankan kewajiban sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya
• Mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.
• Mengagungkan dan memuliakan-Nya
• Tidak berbicara tentang hukum-hukum Allah tanpa ilmu
• Merasakan pengawasan Allah baik saat sepi dan ramai.
• Menumbuhkan rasa takut
• Bertaubat dan kembali kepada-Nya, serta meminta ampun hanya kepadaNya.
• Berdo’a, bersikap merendah diri dan hina di hadapan-Nya.
• Tidak putus asa dan harap terhadap ampunan-Nya.
• Meyakini bahwa hanya di tangan-Nyalah kekuasaan untuk memberikan manfaat, memudharatkan, menghidupkan dan mematikan.
• Berprasangka baik terhadap Allah Ta’ala.
• Bersabar atas semua taqdir-taqdirNya, membenarkan apa-apa yang diberitakan-Nya dan melaksanakan semua kewajiban yang di perintahkan-Nya.
• Konsisten dengan perjanjian.
• Mencintai orang yang dicintai-Nya dan memusuhi orang yang dimusuhi-Nya.
• Pasrah, tunduk dan taat kepada-Nya.
• Berhukum dengan syari’atNya dan perintah-Nya dalam semua aspek kehidupan.
• Selalu berzikir kepada-Nya.
• Malu dan waspada untuk berbua maksiat kepadaNya, serta menjauhi semua sikap yang bisa mendatangkan murka dan siksa-Nya.
2.3. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
Adab Kepada Rasulullah s.a.w, yaitu:
• Mentaatinya, mencontoh, mentauladani dan mengikuti sunnahnya.
• Mendahulukan cinta kepadanya dari yang lainnya, dan mengormati serta memuliakannya.
Membaca shalawat saat menyebut namanya.
• Waspada terhadap perbuatan yang menyelisihi dan melanggar tuntunannya.
• Tidak mendahulukan perkataan siapapun atas perkataan dan pendapat Rasulullah
• Beriman kepada kenabian dan risalahnya serta membenarkan pa-apa yang diberitakannya.
• Waspada terhadap sikap berlebihan terhadap dirinya, yaitu dengan mengangkat derajatnya melebihi keududukan yang telah diturunkan oleh Allah baginya.
• Tidak memberikan kepada beliau sesuatu yang menjadi kekhususan bagi Allah, seperti bersumapah, berserah diri dan berdo’a yang ditujukan hanya kepada Allah.
• Bersikap loyal kepada orang yang loyal kepada beliau, mencitai orang yang dicintainya, membenci dan berlepas diri dari musuh-musuhnya.
• Membela sunnah dan syari’ahnya.
Menghidupkan sunnah beliau, mempertahankan syari’ahnya dan menyampaikan da’wahnya, serta melaksanakan wasiatnya.
2.4. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Akhlak terhadap sesama manusia itu terdiri dari akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap oranglain.
Akhlak terhadap diri sendiri adalah menyayangi diri sendiri dengan menjaga diri dari perbuatan buruk berakhlak kepada diri sendiri lebih banyak dilakukan dengan cara menjaga dan memelihara hati agar memiliki perasaan hati yang selalu ikhlas dan berhati bersih. Membersihkan hati berupa menahan dan mengendalikan keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan hati yang terbawa oleh tarikan keburukan.
Hati yang bersih akan melahirkan ucapan atau perilaku yang baik yang merupakan gambaran akhlak yang mulia. Ucapanyang baik digambarkan dalam tutur kata yang sopan dan dapat menempatkan orang lain lebih tinggi dari dirinya sendiri.perilaku yang baik ditampakkan dalam gerak-gerik dan tingkah laku yang santun
Akhlak terhadap oranglain merupakan gambaran hasil pengendalian diri.jika hati telah bersih akan muncul pikiran-pikiran yang positif dan melihat orang lain bagian dari dirinya, karena itu akan lahir rasa kasih sayang sebagai dasar hubungan antar manusia.
Hubungan atas dasar rasa kasih sayang ini akan melahirkan sikap yang baik kepada oranglain dan sekaligus menghilangkan keresahan dan kekecewaan terhadap diri sendiri.
Adab Kepada Sesama Manusia:
• Berbakti kepada kedua orang tua
• Menyambung silaturrahim
• Tolong menolong dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan.
• Tawadhu’
• Tidak mencela.
• Lemah lembut dan berkasih sayang kepada sesama muslim dan tegas terhadap orang kafir.
• Sabar, menepati janji, dan jujur.
• Pemaaf Adil
• Dermawan
• Memuliakan tamu
2.5. Akhlak Terhadap Lingkungan
a. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Sedangkan akhlak terhadap lingkungan hidup adalah menjalin dan menngembangkan keharmonisan dan kemakmuran terhadap alam. Pengertianmemakmurkan alam itu sendiri adalah mengolah sumber daya yang berda di alam sehingga dapat memberikan manfaat bagi sejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri.Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut mampu menghormati proses yang sedang berjalan, dan terhadap proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia itu sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya.
b. Akhlak Terhadap Tumbuh-Tumbuhan
Diantara anugerah Allah kepada manusia adalah diciptakanNya tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan. Demikian pula makanan binatang-binatang ternak, sebagian besar adalah tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya. Manusia perlu menyayangi tumbuh-tumbuhan karena sebagian dari pemenuhan keperluanhidup manusia itu berasal dari tumbuh-tumbuhan, baik tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan seperti daunnya, maupun tumbuh-tumbuhan yang batang atau bunganya dapat diambil manfaatnya dan berfungsi membersihkan udara. Semuanya perlu diberi air sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian semura tumbuhan terutama tumbuhan yang ditanam harus dipelihara dengan baik, seperti membersihkan rumput-rumput yang tidak berguna harus di buang, dijaga jangan sampai dirusak atau dimakan hama, semuanya itu agar tumbuh subur. Itulah sebagian diantara cara-cara menyayangi tumbuh-tumbuhan.
c. Akhlak Terhadap Binatang
Kita harus memiliki akhlak yang terpuji terhadap binatang. Alam hewani sengaja diciptakan oleh Allah bagi kepentingan makhluk hidup lainnya, khususnya manusia
Hewan ada yang bersifat liar, jinak, atau hewan peliharaan. Ada juga hewan yang terbang di angkasa, berenang di air, tetapi semua itu adalah jenis makhluk yang memiliki banyak persamannya dengan manusia yang merasakan lapar, haus, berkelamin, hidup berkelompok, dan sebagaimana kehidupan makhluk manusia. Binatang ternak atau peliharaan atau binatang apapun jenisnya yang dipelihara perlu disayangi. Cara menyayangi binatang antara lain dengan memberinya makanan, menyediakan tempatnya (kandang) yang wajar, memelihara kebersihannya, menjaga kesehatannya, bahkan kalau mungkin mengobatinya apabila sakit sebagaimana yang dilakukan oleh kebun binatang pada umumnya. Disamping itu juga kita boleh membunuh binatang yang membahayakan atau merugikan. Kita diperintah untuk membunuhnya, asal saja ketika melaksanakannya tidak didahului dengan penyiksaan, seperti menyirami tikus dengan minyak tanah, kemudian baru membakarnya. Bunuhlah binatang itu dengan alat yang menyebabkan ia segera mati sehingga ia tidak merasa tersiksa.
2.6. Akhlak Terhadap Makhluk Gaib
Selain Allah SWT menciptakan manusia, Dia juga menciptakan jin. Jin merupakan makhluk gaib yang harus kita imani. Perlu kita ketahui bahwa selain ada jin yang taat dan patuh kepada Allah SWT ada pula jin yang tidak patuh dan taat kepada Allah SWT diantaranya iblis dan setan. Iblis dan setan adalah makhluk Allah SWT yaitu sejenis jin yang diciptakanNya dari api yang sangat panas, jauh sebelum diciptakanNya Nabi Adam as. Kita meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan semesta alam dan Mahakuasa serta Maha berkehendak, sedangkan semua makhlukNya termasuk jin, iblis dan setan berada di dalam kekuasaanNya. Oleh karena itu, cara menyikapi adanya jin, iblis dan setan adalah sebagai berikut :
a. Jangan menuruti langkah-langkah setan
b. Tidak terganggu dan terjebak dalam kehidupan jin, iblis dan setan
c. Selalu mengingat Allah dan memohon pertolonganNya dari segala godaan iblis dan setan.
d. Mohon perlindungan kepada Allah atas segala godaan iblis ataupun setan
e. Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
• Akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku,perangai atau tabiat
• Akhlak menurut istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang menjadi kebiasaan-kebiasaan yang didasarkan pada nilai/norma agama
• Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah
3.2 Saran
• Di akhir makalah ini, kami kembali mengingatkan bahwa akhlak yang baik kepada Allah, itulah yang harus menjadi fokus perhatian dalam pembenahan diri kita, dan yang menjadi fokus utama adalah bagaimana kita berusaha membenahi tauhid kita kepada Allah. Jika kita memiliki interaksi yang baik dengan-Nya, dengan mentauhidkan-Nya, mengerjakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, niscaya Allah ta’ala akan memudahkan kita untuk berinteraksi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi,dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam. DEPAG RI : Jakarta
Darajat, Zakiyah dkk. 1992. Pendidikan Agama Islam. DEPDIKBUD: Jakarta
http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/
http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1973693-akhlak-terhadap-sesama-manusia-dan/
http://paismansammbvii.blogspot.com/2010/08/tata-krama-terhadap-makhluk-allah.html
http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lama
Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar